AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426
ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM
DI JAWA TIMUR
ANALYSIS OF DEMAND FOR CHICKEN EGGat EAST JAVA
Resti Wahyuningsih
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah, Jember
SM.Kiptiyah
Dosen Fakultas Ekonomi, UB
H.M.Iksan Semaoen
Dosen Fakultas Pertanian, UB
ABSTRACT
Chicken egg is one of the animal protein of sourche of food which is important for the daily consumption. In east java, until 1996 the amount of chicken egg consumed was only 2,6kg/person/year or 75,42% from egg consumption standard is 3,5kg/person/year, which means still below the standard requirement. Therefore, the further efforts should always be made to increase chicken egg consumption. While the further efforts to increase chicken egg production should always be made. Based on this view, the demand of chicken egg in East Java is interested to be studied.
The objectives of the research are to study the factors influencing the demand and the extent of the role of the above factors in determinating the chicken egg demand in East Java.
The secundary data from SUSENAS 1996 was used in the study. The data were transformed into logaritmic forms and then analysed using Ordinary Least Square method.
Result of analysis show that factors influencing the demand of chicken egg were price of chicken egg, beef, anchovies, local rice, milk, wheat flour, number of house-hold member, region and income.
The price elasticity of chicken egg demand is -2,21 of various for the income group, it means that the demand is elastic. Beef, anchovies and milk are substitute for the chicken egg. Cross price elasticity of beef is 0,15, of anchovies is 1,47 and of milk is 0,19 of various for the income group. Local rice and wheat flour are complement for the chicken egg. Cross price elasticity of local rice is -0,08 and wheat flour is -0,10 various for the income group. The number house-hold member and region is real impact toward the chicken egg demand. The regression coeficient of the number hose-hold member with respect to consumption of chicken egg is 0,23, while of region is 0,03 of various for the income group. The income elasticity of demand is 0,18 of various for the income group, it means that the chicken egg is normal good.
Based on this result, it is suggested that further efforts to increase chicken egg production shoul always be made in order to fulfill the increasing of consumption need and to pursue the standard determined by the Goverment.
Keywords: Chicken egg, demand
1
AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426
PENDAHULUAN
Peningkatan sumber daya manusia tidak mungkin tercapai tanpa gizi yang cukup. Untuk mencerdaskan, memperkokoh dan meningkatkan prestasi manusia Indonesia, banyak bergantung pada peme-nuhan gizi yang baik terutama dari protein hewani seperti daging, susu dan telur (Anonymous,1990).
Telur merupakan salah satu produk peternakan yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan gizi masyarakat. Produk hasil ternak ini juga mempunyai potensi untuk dikembangkan secara optimal, karena di-samping harganya yang relatif murah dibanding protein hewani yang lainya, pengusahaanya juga relatif mudah dan walaupun diusahakan dalam usaha skala kecil mampu meningkatkan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja (Ano-nymous,1994).
Jawa timur merupakan salah satu daerah penghasil telur ayam terbesar di Indonesia, dimana jumlah produksi telur ayam di Indonesia sejak tahun 1992 28,16% telur ayam ras (sebagai penghasil terbesar) dan 14,65% (sebagai penghasil terbesar nomer dua setelah Jawa barat) berasal dari Jawa timur.
Sebagai daerah penghasil telur ayam terbesar, tingkat konsumsi telur per kapita masih dibawah standard yang telah diten-tukan, dimana tingkat konsumsi telur baru mencapai 75,42% dari target konsumsi telur yang ditentukan oleh Widya Pangan dan Gizi th.1988 yaitu sebesar 3,5 kg/-kapita/tahun.
Hal ini menjadi suatu permasalahan bagi Pemerintah Daerah. Di satu sisi melalui Dinas Peternakan usaha pening-katan produksi terus menerus dilakukan dengan tujuan disamping untuk memenuhi konsumsi telur baik untuk industri maupun untuk rumah tangga, tetapi juga untuk upaya peningkatan pendapatan dan ke-sempatan kerja. Disisi lain upaya pening-katan konsumsi telur juga terus menerus dilakukan dalam upaya untuk mencapai target konsumsi protein yang telah ditentukan, karena disamping telur sebagai bahan makanan sumbr protein, menurut Bedu Amang (1996) bahwa peningkatan konsumsi telur berarti juga peningkatan permintaan telur dimana permintaan telur merupakan komponen yang nyata dan penting dari struktur kegiatan disektor pangan, dimana perubahan permintaan telur akan menyebabkan terjadinya peru-bahan pendapatan produsen telur.
Untuk itu penelitian tentang per-mintaan telur di Jawa Timur perlu dilaku-kan. Karena permintaan telur di Jawa Timur 75% berupa telur ayam, maka analisis permintaan telur ayam di Jawa Timur dilakukan. Adapun penelitian ten-tang permintaan telur ayam di Jawa Timur yang dilakukan ini diharapkan sebagai salah satu dasar untuk menentukan kebi-jaksanaan di sub sektor peternakan. Pendekatan dari sisi permintaan telur ayam sebagai pemenuh kebutuhan pangan menjadi sangat penting karena mempunyai implikasi kebijaksanaan yang mengarah pada penyediaan pangan yang memadai, merata dan sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk serta terjangkau oleh daya beli masyarakat juga untuk meningkatkan pendapatan peternak khususnya peternak ayam ras petelur dan meningkatkan devisa serta meningkatkan kesempatan kerja.
Konsumen di Jawa Timur dalam mengkonsumsi telur ayam sebagai bahan pangan keluarga terdapat banyak komoditi lain yang dapat mempengaruhi konsumen tersebut untuk mengkonsumsi telur ayam disamping faktor ekonomi, faktor sosial dan demografi.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis bahwa permintaan rumah tangga terhadap permintaan telur ayam di Jawa timur dipengaruhi oleh harga telur ayam itu sendiri, harga telur itik, harga daging sapi, harga daging ayam, harga ikan teri, harga beras, harga susu, harga terigu, penda-patan, jumlah anggota keluarga dan daerah tempat tinggal, dengan telur ayam meru-pakan barang normal.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Jawa timur. Penetapan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan Jawa timur meru-pakan propinsi yang mempunyai potensi untuk pengembangan produksi telur ayam serta merupakan propinsi yang cukup padat penduduknya dengan laju pertumbuhan ekonomi pada th.1996 yang cukup tinggi rata-rata 6,65% per tahun.
Data yang dianalisis adalah data se-kunder yang berupa data mentah (raw data) hasil survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) th.1996 yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik.
Jumlah rumah tangga sampel seluruh-nya di Jawa timur yang terpilih pada SU-SENAS 1996 sebanyak 8.832 rumah tangga yang terdiri dari 3.328 rumah tangga perkotaan dan 5.504 rumah tangga pedesaan. Sedangkan dalam penelitian ini hanya dianalisa sebanyak 1.790 rumah tangga yang terdiri dari 1.115 rumah tangga pedesaan dan 675 rumah tangga perkotaan.
Referensi waktu survai yang diguna-kan pada SUSENAS adalah seminggu yang lalu untuk konsumsi bahan makanan serta sebulan yang lalu tentang penge-luaran untuk bahan makanan.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peubah bebas terhadap permin-taan atau konsumsi telur ayam pada rumah tangga di Jawa timur digunakan model analisis permintaan dengan elastisitas konstan (doble log).
Untuk menentukan model atau ben-tuk hubungan antara variabel independen dengan permintaan telur ayam di Jawa Timur dapat dirumuskan secara matematik sebagai berikut:
Qt = f(Pt,Ptik,Pds,Pda,Pik,Pb,Ps,Ptr,Jak,Lok,Y) (1)
Bentuk fungsi permintaan (1) diatas diestimasi dengan menggunakan dengan persamaan tunggal dalam bentuk eksponensial sebagai berikut:
Qt = bo.Ptb1.Ptikb2.Pdsb3.Pdab4.Pikb5.Pbb6.Psb7.Ptrb8.Jakb9.Dib10.Yb11.e (2)
Agar semua koefisien regresinya mudah dianalisis dengan Ordinary Least Square (OLS), maka persamaan (2) diatas ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi logaritma ganda sebagai berikut:
logQt=logbo+b1.logPt+b2.logPtik+b3.logPds+b4.logPda+b5.logPik+b6.logPb+ b7.logPs+b8.logPtr+b9.logJak+b10.Di+b11.logY (3)
dimana:Qt= konsumsi telur ayam (baik telur ayam ras maupun buras); Pt = harga real telur ayam; Ptik = harga real telur itik; Pds = harga real daging sapi; Pda = harga real daging ayam; Pik = harga real ikan teri; Pb = harga real beras; Ps = harga susu; Ptr = harga terigu; Jak = jumlah anggota keluarga; Di = variabel dummy untuk lokasi tempat tinggal jika : 0 = desa, 1 = kota; Y = total pengeluaran untuk pangan yang didekati dengan pendapatan; log b0 = intersep; b1, b2,...,b11 = koefisien regresi.
Untuk menguji hipotesis digunakan uji-F untuk mengetahui bentuk hubungan (signifikansi) secara serempak antara variabel-variabel independen dengan varia-bel dependen. Sedangkan untuk mengeta-hui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial digunakan uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Rata-rata jumlah anggota keluarga rumah tangga sampel di Jawa timur sebanyak empat orang per rumah tangga. Selanjutnya dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga sampel untuk bahan makanan sebulan sebesar Rp.149.544 dan rata-rata pendapatan kepala rumah tangga sampel sebesar Rp.222.206 per bulan.
1
AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426
Tabel1.Jumlah Rumah Tangga Sampel Menurut Strata Pendapatan per Bulan dan Strata Pengeluaran Untuk Bahan Makanan Sebulan di Jawa Timur.
a. Strata Pendapatan / Jumlah Sampel / Persentase (%) Rp.222.206 / 524 / 29,3
Rp.222.206 / 1266 / 70,7
Jumlah / 1790 / 100,0
b. Strata Pengeluaran
Rp.149.544 / 1202 / 67,2
Rp.149.544 / 588 / 32,8
Jumlah / 1790 / 100,0
Sumber: Data SUSENAS 1996.
1
AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426
Harga dan Konsumsi Telur Ayam
Hasil penelitian menunjukan bahwa harga rata-rata telur ayam sebesar Rp.2355/kg dengan jumlah konsumsi rata-rata 0,228kg/minggu/rumah tangga atau hanya sebesar 1 butir/orang/minggu. Jika dibandingkan dengan target konsumsi telur sebesar 4 butir/orang/minggu, maka konsumsi telur di Jawa timur masih dibawah standar.
Analisis Permintaan Telur Ayam di Jawa Timur
Analisis dilakukan pada 3 kelompok konsumen yaitu kelompok konsumen gabungan, kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata dan kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai F-hitung dari masing-masing strata menunjukan bahwa semua variabel bebas yang digunakan pada masing-masing analisis secara bersama-sama mempengaruhi permintaan rumah tangga terhadap telur ayam.
Dari hasil uji-t bagi setiap koefisien regresi secara parsial pada tingkat kepercayaan 99% harga telur ayam dan jumlah anggota keluarga (pada ketiga strata pendapatan), harga ikan teri (pada strata gabungan dan strata atas), lokasi tempat tinggal (pada strata gabungan dan strata atas) dan pendapatan (pada strata gabungan dan strata bawah) berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Sedangkan pada taraf kepercayaan 95% harga beras (pada strata gabungan), harga daging sapi (pada strata atas) dan harga ikan teri (pada strata bawah) berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Dan pada taraf kepercayaan 90% harga daging sapi, harga harga susu (pada strata atas),harga terigu (pada strata gabungan dan strata atas) berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Jawa Timur.
1
AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426
Tabel2. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Telur Ayam Pada 3 Kelompok Konsumen
Strata / Gabungan / Strata / Atas / Strata / BawahVar.bebas / Koef.Reg. / t-statistik / Koef.Reg. / t-statistik / Koef.Reg. / t-statistik
Log Pt / -2,212 / -13,644*** / -1,671 / -9,753*** / -7,309 / -15,601***
Log Ptik / -0,006 / - 0,395 / -0,015 / -0,784 / - 0,005 / - 0,182
Log Pds / 0,157 / 1,473* / -0.015 / -0,118 / 0,327 / 2,186**
Log Pda / -0,022 / - 0,258 / 0,012 / 0,119 / -0,053 / - 0,331
Log Pik / 1,475 / 10,629*** / 1,459 / 9,563*** / 0,686 / 2,304**
Log Pb / -0,088 / - 1,756** / -0,017 / -0,268 / -0,173 / - 2,650***
Log Ps / 0,191 / 1,533* / 0,092 / 0,438 / 0,168 / 1,162
Log Ptr / -0,106 / - 1,456* / -0,101 / -1,363* / -0,597 / - 1,086
Log Jak / 0,231 / 7,979*** / 0,245 / 7,357*** / 0,124 / 2,462***
D Lok / 0,035 / 3,390*** / 0,012 / 0,999 / 0,064 / 3,514***
Log Y / 0,183 / 9,747*** / 0,049 / 0,899 / 0,237 / 8,369***
Konstanta / 0,597 / -2,363 / -1,932 / 23,658 / 8,214
R2 / 0,32 / 0,28 / 0,51
F hitung / 66,25 / 41,86 / 37,48
D / 1,86 / 1,39 / 1,32
Keterangan:*** : berbeda pada = 0,01; * : berbeda pada = 0,10; ** : berbeda pada = 0,05; d : Durbin-Watson test.
1
AGRITEK VOL. 16 NO. 11 NOPEMBER 2008 ISSN. 0852-5426
a. Pengaruh Perubahan Harga Telur Ayam itu Sendiri
Harga telur ayam (Pt) pada ketiga kelompok konsumen menujukkan pengaruh yang sangat nyata dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap permintaan telur ayam. Artinya apabila harga telur ayam meningkat maka permintaan terhadap telur ayam akan menurun.
Berdasarkan hasil analisis, besarnya nilai koefisien regresi (b1) adalah sebesar -2,21 untuk strata gabungan, sebesar -1,67 untuk strata pendapatan diatas rata-rata dan sebesar -7,3 untuk strata pendapatan dibawah rata-rata. Dari model fungsi permintaan yang digunakan menunjukan bahwa besarnya koefisien regresi merupakan nilai elastisitas harga telur ayam itu sendiri. Jadi dalam hal ini besarnya elastisitas harga (Eh) adalah -2,21 untuk strata gabungan, -1,67 untuk strata atas dan -7,3 untuk strata bawah. Angka ini menunjukan bahwa apabila harga telur ayam meningkat sebesar 1% maka permintaan telur ayam akan menurun sebesar 2,21% pada strata gabungan, atau menurun sebesar 1,67% pada strata atas atau menurun sebesar 7,3% pada strata bawah. Terjadinya penurunan permintaan pada saat harga naik menunjukkan berlakunya hukum permintaan pada permintaan telur ayam. Lebih jauh lagi dapat dikatakan bahwa sifat dari telur ayam adalah elastis karena angka yang diperoleh lebih besar satu (1) atau Eh -1.
Dengan melihat ketiga nilai elastisitas harga yang diperoleh tersebut, maka permintaan telur ayam pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata (strata bawah) mempunyai elastisitas yang paling besar atau dengan kata lain bahwa sifat permintaan telur ayam pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata lebih elastis dibanding kedua kelompok konsumen yang lain. Artinya bahwa apabila terjadi perubahan harga pada telur ayam, maka pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata lebih peka dibanding kedua kelompok konsumen yang lainnya. Hal ini menunjukkan pula bahwa pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata semakin banyak terdapat barang pengganti atau barang substitusi bagi telur ayam apabila terjadi kenaikan harga pada telur ayam
Dengan diperolehnya hasil penelitian Utami Kuncoro (1985) yang memperoleh nilai elastisitas harga sendiri untuk telur pada semua strata pendapatan di pedesaan dan kota Jawa-Bali sebesar -1,84 sampai -2,99, hal ini menunjukkan bahwa permintaan telur ayam di Jawa timur sampai tahun 1996 masih bersifat elastis.
b. Pengaruh Perubahan Harga Telur Itik
Pada analisis ketiga kelompok kon-sumen diperoleh bahwa harga telur itik (Ptik) secara statistik tidak berpengaruh terhadap permintaan telur ayam. Jadi dalam hal ini konsumen di Jawa timur dalam menentukan jumlah konsumsi telur ayamnya secara statistik tidak terpengaruh oleh keadaan harga telur itik. Jika dilihat dari besarnya nilai elastisitas yang diper-oleh bahwa telur itik merupakan barang komplementer, ini menunjukan bahwa konsumen di Jawa timur dalam meng-konsumsi telur ayam secara bersamaan dengan telur itik. Hal ini mungkin disebabkan karena keduanya merupakan lauk pauk yang dimana dalam meng-konsumsinya lebih banyak ditentukan oleh faktor selera atau faktor yang lainya.
c. Perubahan Harga Daging Ayam
Harga daging ayam (Pda) tidak menunjukkan pengaruhnya terhadap permintaan telur ayam. Hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi daging ayam di Jawa timur rendah. Dengan melihat besar-nya nilai elastisitas silang yang diperoleh, bahwa daging ayam merupakan barang komplemen bagi telur ayam. Hal ini menunjukan bahwa antara telur ayam dan daging ayam digunakan bersama-sama oleh konsumen sebagai lauk pauk sumber protein, dimana kenaikan harga daging ayam akan menyebabkan jumlah permintaan atau konsumsi telur ayam akan menurun. Hal ini sesuai keadaan pada umumnya jika harga daging ayam me-ningkat, harga telur ayam juga ikut meningkat sehingga dengan meningkatnya harga telur ayam akan menyebabkan jumlah permintaan telur ayam menurun.
Hasil penelitian Utami Kuncoro (1985) juga menunjukan bahwa harga daging ayam di Jawa Timur tidak ber-pengaruh terhadap permintaan telur dan tingkat konsumsi daging ayam di Jawa Timur sangat rendah dibanding daerah lain. Tetapi secara keseluruhan menunjuk-kan bahwa di Indonesia variabel daging ayam berpengaruh terhadap permintaan telur ayam dan merupakan barang komplementer dengan nilai elastisitas harga silang sebesar -1,87.
d.Pengaruh Perubahan Harga Daging Sapi
Harga daging sapi (Pds) pada strata gabungan dan strata pendapatan dibawah rata-rata berpengaruh dan mempunyai hubungan yang positif terhadap permintaan telur ayam. Artinya apabila harga daging sapi meningkat maka akan menyebabkan permintaan telur ayam meningkat pula. Melihat besaran nilai elastisitas harga silang daging sapi terhadap telur ayam yang diperoleh yaitu sebesar 0,15 pada strata gabungan dan 0,32 pada strata bawah maka daging sapi merupakan barang substitusi bagi telur ayam, dimana jika terjadi peningkatan harga daging sapi sebesar 1% maka akan menyebabkan permintaan telur ayam meningkat 0,15% pada strata gabungan atau meningkat sebesar 0,32% pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata. Sedangkan pada kelompok konsumen pendapatan diatas rata-rata tidak menunjukan pengaruh secara signifikan terhadap permintaan telur ayam di Jawa timur. Tetapi melihat besarnya nilai elastisitas silang yang diperoleh menunjukkan bahwa daging sapi merupakan barang komplementer bagi telur ayam, dimana jika harga daging sapi meningkat akan menyebabkan jumlah permintaan telur ayam menurun. Jadi pada kelompok konsumen strata atas bahwa kenaikan harga daging sapi akan menyebabkan pendapatan riil yang diperoleh berkurang sehingga akan menyebabkan jumlah permintaan telur ayam berkurang atau menurun. Hal ini menunjukkan pula bahwa untuk memenuhi kebutuhan protein hewaninya lebih mengutamakan daging sapi dibanding telur ayam. Tidak demikian pada kelompok konsumen pendapatan dibawah rata-rata, dimana konsumen akan mengalihkan konsumsinya terhadap komoditi yang harganya relatif murah.